Hirarki Pengendalian Kecelakaan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja atau disingkat K3 merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi untuk diterapkan ditempat kerja. K3 bertujuan untuk meningkatkan kwalitas kehidupan kerja atau quality of worklife dengan terlebih dulu untuk mencegah terjadinya insiden kecelakaan kerja. Pengendalian kecelakaan ditempat kerja atau ketika sedang bekerja merupakan faktor kunci untuk menekan tingginya angka kecelakaan kerja.

Filosofi

Apa pun yang terkait dengan kecelakaan yaitu suatu hal yang perlu dihindari. Tidak bisa ada satu celah dalam hal ini. Kesalahan sedikit saja akan berakibat fatal. Oleh karenanya, semua pihak mulai dari pekerja sendiri, pihak manajemen hingga orang-orang yang ada dan ikut serta dalam pekerjaan itu harus memahami mekanisme kerja dan standard operasional yang baik. Tanpa adanya kesamaan cara kerja dan standard yang sudah ditetapkan, maka kecelakaan mungkin terjadi.

Pengendalian kecelakaan ini harus dilatih dan ditanamkan kedalam benak semua orang. Teknik penanaman pemahaman ini bisa dengan cara pelatihan yang teratur dan diingatkan secara terus-menerus. Bila tidak diingatkan, manusia itu tempat lupa dan lalai. Kondisi fisik juga harus dicek secara berkala. Tanpa pengecekan kondisi fisik, orang sering lupa bila sebenarnya tubuhnya memerlukan istirahat lebih. Terkadang rasa sakit itu ditahan sehingga makin lama malah akan menjadi penyakit yang kronis.

Orang yang memiliki tanggung jawab yang besar juga seringkali merasa kalau sakit yang ia derita masih bisa ditahan sehingga pada akhirnya penyakit itu akan mengganggu kinerjanya. Konsentrasi menurun dan tubuhnya menjadi lemas. Rasa lemas ini bisa saja disebabkan oleh penyakit degeneratif yang sudah kritis. Tanpa penanganan yang baik, kecelakaan ditempat kerja bisa saja terjadi. Apa pun jenis kecelakaan yang dialami, pastinya akan menimbulkan rasa yang kurang nyaman untuk semuanya.

Untuk itulah untuk jenis pekerjaan tertentu, celah terjadinya kecelakaan ini harus ditutup. Jika memang perlu setiap hari setiap pekerja harus melalui pemeriksaan temperatur tubuh. Untuk yang suhu tubuhnya cukup tinggi, ia harus diperiksa. Mungkin saja suhu tubuh yang meningkat itu akibat kurang tidur atau terkena virus tertentu. Antisipasi ini sangat penting agar tidak ada penyesalan nantinya. Hal semacam ini berlaku untuk pekerjaan yang menyangkut keselamatan orang lain.

Misalnya, perusahaan angkutan penumpang harus memperlakukan hal semacam ini agar tak ada supir yang mengantuk atau darah supir mengandung alkohol maupun obat-obatan terlarang. Kondisi prima bukan hanya diharapkan ada pada perlengkapan, namun juga pada tubuh para pekerjanya sehingga pekerjaan itu akan berjalan baik. Memang memerlukan kerja sama yang solid dan adanya penambahan dana untuk menjaga fisik dan mental ini. Makanan dan tidur yang cukup dan berpikir positif merupakan diantara hal yang perlu dilakukan untuk kondisi tubuh yang sempurna.

Filosofi untuk mengatasi K3 sebenarnya tidak terlalu berbeda dengan rencana manajemen untuk perbaikan terus menerus atau continuous improvement. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data dan fakta, melakukan analisa masalah, membuat upaya perbaikan, mengimplementasikan dan mengevaluasi. Keseluruhan rangkaian sistem ini yaitu sebuah siklus perbaikan. Tak ada salahnya memperbaiki dan terus memperbaiki diri dari pada terjadi kecelakaan.

Hirarki

Terdapat hirarki pengendalian kecelakaan pada kerja menurut Roger L Braurer dalam bukunya Safety and Health for Engineer. Hirarki pengendalian ini terbagi dalam lima tingkatan. Tingkatan pertama menjadi prioritas utama, bila tidak memungkinkan baru lalu dipilih tingkatan di bawahnya. Tingkatan itu yaitu :

Menghilangkan
Pengendalian diprioritaskan dengan cara menghilangkan sumber bahaya atau aktivitas yang berbahaya. Misalnya terdapat aktivitas manual memotong yang bisa menyebabkan resiko cacat fisik tubuh, maka aktivitas itu bisa digantikan dengan alat terotomasi yang menggantikan pekerjaan manusia. Teknik ini sama dengan teknik mengamputasi sumber masalah. Apabila memang dianggap masalah, maka hal semacam itu harus dibuang.

Apabila hanya mengantisipasi, sepertinya sepandai-pandainya tupai melompat, disuatu saat akan jatuh jua. Agar tak ada korban, maka membuang masalah yaitu jalan yang terbaik. Tak ada kata merugi atau kata sayang dalam hal semacam ini. Keselamatan manusia jauh lebih penting dari benda apa pun.

Mengurangi
Bila tingkatan pertama tidak bisa dilakukan, maka pilihan pengendalian kecelakaan pada kerja selanjutnya yaitu mengurangi resiko dari sumber bahaya. Misalnya, di suatu tempat kerja, tidak bisa dihindari untuk bekerja dengan api yang mungkin dapat mengakibatkan resiko kebakaran, maka potensi kebakaran diperkecil dengan menjaga ketat adanya bahan atau zat yang mudah terbakar. Bahan kimia yang mudah terbakar tidak bisa berada satu ruangan dengan tempat kerja itu.

Menyediakan Pengaman
Ketika tingkatan pertama dan kedua tidak bisa dilaksanakan, maka pilihan yang ketiga yaitu sediakan pengaman pada mesin atau perlengkapan kerja yang digunakan. Sebagai contoh aktivitas manual memotong dengan mesin yang bisa menyebabkan jari terpotong, apabila tidak bisa diganti dengan aktivitas terotomasi maka untuk meminimalisir resiko pekerja harus dilengkapi dengan alat pengaman berupa sarung tangan. Saat bekerja diarea yang licin, pekerja harus dilengkapi dengan sepatu safety.

Menyediakan Tanda Peringatan
Tingkatan yang ke empat ini merupakan langkah pengendalian yang bisa melengkapi tingkat pengendalian kedua dan ketiga. Pada dasarnya manusia harus selalu selalu diingatkan untuk waspada terhadap bahaya. Dengan memasang tanda peringatan bahaya maka diharapkan sikap kehatian-hatian dari pekerja akan meningkat.

Sediakan Prosedur K3
Tingkatan ke lima merupakan langkah pengendalian yang melengkapi tingkatan pengendalian kedua, ketiga dan ke empat. Pekerja harus diberikan info dan pemahaman yang pasti terhadap potensi bahaya. Pekerja juga harus mendapatkan sosialisasi prosedur K3 agar mencegah terjadinya tingkatan kecelakaan pada kerja yang lebih parah bila tidak cepat untuk ditangani. Sosialisasi dan pelatihan harus dilakukan secara saksama dan berkala. Jangan sampai ada yang lengah. Konsep ‘satu mati, mati semua’ harus jadi satu pemahaman yang mendarah daging.

Walau sudah sangat jamak terdengar, pepatah lebih baik mencegah dari pada memperbaiki sangat tepat diterapkan dalam K3. Kerugian yang ditimbulkan dari memperbaiki jauh berlipat-lipat dari biaya yang dikeluarkan untuk mencegah. Hal ini harus dijadikan ketentuan bersama agar apa yang dilakukan tidak sia-sia.

Asuransi – Solusi Kecelakaan Saat Kerja

Kecelakaan saat kerja merupakan resiko yang ada pada setiap aktivitas perusahaan. Hal semacam ini terutama pada pekerjaan yang memerlukan aktivitas fisik lebih banyak dari pada aktivitas pemikiran. Resiko itu bisa berbentuk kecelakaan ringan sampai pada kecelakaan berat yang berakibat menimbulkan korban jiwa. Bahkan pekerja yang hanya berada di belakang komputer pun bisa mengalami kecelakaan.

Dalam definisinya, kecelakaan kerja disimpulkan sebagai sebuah peristiwa yang terjadi diluar rencana yang menyebabkan ada pihak yang mengalami kerugian. Kondisi ini terutama terjadi dalam sebuah aktivitas pekerjaan yang perlu dilakukan sebuah perusahaan dalam sistem kerja mereka.

Dan ketika terjadi kecelakaan, maka perusahaan memiliki kewajiban untuk memberikan jaminan dan tanggungan kepada pihak sebagai korban. Hal semacam ini karena pihak sebagai korban itu, harus kehilangan kesempatan untuk beraktivitas selama beberapa waktu dan hal itu terjadi untuk memenuhi kewajiban dalam bekerja.

Di sisi lain, para korban kecelakaan ketika kerja itu, mengalami musibah dalam rangka untuk memberikan keuntungan pada perusahaan melalui aktivitas yang mereka kerjakan itu. Inilah kenapa, perusahaan harus tunduk pada ketentuan pemerintah untuk menjamin keselamatan pada pekerjanya.
Di sisi lain, seringkali perusahaan tidak ingin direpotkan untuk mengurus masalah kecelakaan kerja pada karyawannya. Akan tetapi perusahaan pun tidak bisa lepas tangan begitu saja, mengingat ada regulasi yang mengatur mengenai kewajiban perusahan pada karyawannya. Untuk mengatasi hal ini salah satu langkah yang digunakan perusahaan yaitu dengan memberikan asuransi pada karyawannya jika terjadi kecelakaan.

Ada beberapa manfaat yang bisa didapatkan dengan menjadi peserta program asuransi jiwa yang terutama menangani kasus kecelakaan kerja. Beberapa manfaat tersebut di antaranya yaitu :

  • Memberi ketenangan kepada karyawan dalam bekerja sehingga mereka bisa maksimal dalam melakukan setiap aktivitasnya di perusahaan.
  • Mengurangi masalah perusahaan sehingga perusahaan bisa tetap konsentrasi pada aktivitas pekerjaan mereka tanpa melalaikan kewajiban untuk memberikan jaminan pada karyawan yang mengalami kecelakaan.
  • Menumbuhkan loyalitas pada karyawan. Sebab, dengan diikutsertakan pada program asuransi, menunjukkan perusahaan memiliki kepedulian pada karyawan. Sehingga hal semacam ini bisa berpotensi untuk mengurangi turn over karyawan yang disebabkan ketidakpuasan kerja mereka.
  • Membantu meringankan beban karyawan yang mengalami kecelakaan kerja. Karena dengan mengalami kecelakaan kerja, maka seorang karyawan akan terganggu aktivitasnya dalam mencari nafkah untuk keluarga mereka.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *